Search This Blog

Tuesday, 15 September 2020

SECOND ACT - resensi film


 

Secara tidak sengaja saya nonton film ini, saat rehat sambil makan malam. Nontonnya tidak dari awal dan saya tidak tau sudah berapa lama saya ketinggalan tayangan ini. Namun demikian cukup dapat memberikan sedikit gambaran tentang jalan ceritanya. Masih penasaran ingin nonton secara utuh bila ada kesempatan.

Judulnya “Second Act” , bergenre drama komedi, disutradrai oleh Peter Segal. 

Yang membuat saya tertarik kemudian memutuskan menonton sampai selesai walaupun sambil mengantuk adalah ketika  melihat para pemainnya Jennifer Lopez, Vanessa Hudgens dan Leah Ramini, kemudian ada juga Treat Williams, Milo Vanentimiglia dan beberapa pemain lain yang wajahnya cukup familiar bagi saya.

Adalah Maya Vargas yang diperankan oleh Jennifer Lopez, seorang pekerja swalayan yang tak henti-hentinyanya dihadapkan pada masalah hidup yang berat, yang menginginkan kehidupan yang lebih baik, namun situasi lebih sering tidak mendukungnya. Ia harus berhadapan dengan kerasnya dunia kerja di New York. Kontribusi besar Maya terhadap pasar swalayan itu tidak dihargai oleh atasannya. Sampai akhirnya  posisinya terancam dan tergeser oleh orang yang ‘bertitel’ karena Maya bukanlah seorang sarjana, bahkan ia tidak lulus SMA.

Pada suatu kesempatan, tiba-tiba Maya mendapatkan panggilan interview dari sebuah perusahaan besar, yang sebenarnya ia tidak pernah melamar. Saat tiba di meja reception sudah banyak pelamar yang datang, namun Maya sudah langsung disuruh masuk dan ternyata langsung diminta bertemu dengan pimpinan, sekaligus pemilik perusahaan tanpa melalui bagian Personalia. Maya langsung ditawari untuk mengisi posisi sebagai Konsultan Eksekutif yang sama sekali tak terbayang sebelumnya olehnya.

Yang membuat Maya semakin terkejut adalah saat pemilik perusahaan, Anderson Clarke ( diperankan oleh Treat Williams) membacakan CV-nya yang menyatakan bahwa Maya adalah lulusan Harvard University dengan predikat cum laude, serta sederet prestasi dan pencapaian yang sangat membanggakan di curriculum vitae tersebut! 

Untungnya Maya bisa menguasai keterkejutannya akan dari mana tiba-tiba CV itu berasal, siapa yang mengarang dan mengirimkan dengan tanpa menimbulkan kecurigaan pemilik perusahaan. Ia menghadapi dilema berat, antara menerima tawaran pekerjaan sebagai  konsultan eksekutif  itu dengan tetap berbohong atas CV palsu-nya tersebut  atau bertahan disepelekan, diperlakukan tidak adil di tempat kerjanya saat ini dan mengakui kebohongannya. 

Dari sinilah kehidupan Maya berubah. Dia menerima tawaran pekerjaan sebagai Konsultan Divisi Pengembangan Produk di Franklin & Clarke.  Ia mendapatkan fasilitas mewah dan otomatis menaikkan status sosialnya

Pada saat itu juga ia harus berhadapan dengan hal-hal menegangkan sekaligus kocak saat Maya, yang karena di CV-nya disebutkan ia fasih berbahasa Mandarin, Maya diminta menemui investor dari Tiongkok yang hanya bisa berbahasa Mandarin. Juga peristiwa mengharukan, disaat ia harus berhadapan dengan Zoe (Vanessa Hudgens) eksekutif perusahaan yang juga putri dari sang pemilik perusahaan, yang ternyata dikemudian hari diketahui bahwa Zoe adalah anak kandungnya yang diadopsi saat Zoe masih bayi oleh keluarga boss-nya ini.  Ada juga rekan kerja yang curiga dan meragukan kapasitas Maya yang disebut sebagai salah satu lulusan terbaik Harvard.

Beban Maya bertambah ketika ia dan timnya harus berinovasi dalam menyiapkan produk baru. Hal ini sangat penting, karena reputasi Maya dipertaruhkan.

Kisah di film ini sangat menarik, yang sebenarnya sering kita temui di lingkungan kerja, dimana kecerdasan seseorang hanya dinilai dari secarik kertas bernama ijazah dibanding keterampilan dan pengalaman kerja dari seseorang. 

Alur ceritanya cukup bagus, lebih kepada kritik sosial terutama  bagi para atasan di perusahaan untuk menghargai loyalitas dan dedikasi tinggi pekerjanya, tanpa harus selalu mempermasalahkan gelar pendidikannya dan lulusan dari kampus mana.

Semua pesan di atas disampaikan dengan sangat manis, ringan dan mudah dipahami karena dibalut komedi persahabatan, percintaan dan drama keluarga.

Lalu, bagaimana kelanjutan kisah Maya Vargas? Bisakah dia mempertahankan semua yang didapatkan saat ini? Atau, ia harus rela kehilangan semuanya? 

Bila penasaran, sama seperti saya yang belum menonton dari awal, mari kita saksikan di film Second Act.



Maya, a lady with little educational qualification but abundance of street smarts, lands a job in a corporate firm when a friend creates a fake profile for her. She must now live the lie convincingly.
Release dateFebruary 13, 2019 (Indonesia)
Box office72.3 million USD
Budget16 million USD


No comments:

Post a Comment