Secara tidak sengaja saya nonton
film ini, saat rehat
sambil makan malam. Nontonnya tidak dari awal dan saya tidak tau sudah berapa
lama saya ketinggalan tayangan ini. Namun demikian cukup dapat memberikan sedikit gambaran tentang jalan ceritanya. Masih penasaran ingin nonton secara utuh bila ada kesempatan.
Judulnya “Second Act” , bergenre drama komedi, disutradrai oleh Peter Segal.
Yang membuat saya tertarik kemudian memutuskan menonton sampai selesai walaupun sambil mengantuk adalah ketika melihat para pemainnya Jennifer Lopez, Vanessa Hudgens dan Leah Ramini, kemudian ada juga Treat Williams, Milo Vanentimiglia dan beberapa pemain lain yang wajahnya cukup familiar bagi saya.
Adalah
Maya Vargas yang diperankan oleh Jennifer Lopez, seorang pekerja swalayan yang
tak henti-hentinyanya dihadapkan pada masalah hidup yang berat, yang menginginkan
kehidupan yang lebih baik, namun situasi lebih sering tidak mendukungnya. Ia
harus berhadapan dengan kerasnya dunia kerja di New York. Kontribusi besar Maya
terhadap pasar swalayan itu tidak dihargai oleh atasannya. Sampai akhirnya posisinya terancam dan tergeser oleh orang
yang ‘bertitel’ karena Maya bukanlah seorang sarjana, bahkan ia tidak lulus
SMA.
Pada
suatu kesempatan, tiba-tiba Maya mendapatkan panggilan interview dari sebuah perusahaan besar, yang sebenarnya
ia tidak pernah melamar. Saat tiba di meja reception sudah banyak pelamar yang datang, namun Maya sudah langsung disuruh masuk dan
ternyata langsung diminta bertemu dengan pimpinan, sekaligus pemilik perusahaan tanpa melalui bagian Personalia. Maya langsung ditawari untuk mengisi posisi sebagai Konsultan
Eksekutif yang sama sekali tak terbayang sebelumnya olehnya.
Yang membuat Maya semakin terkejut adalah saat pemilik perusahaan, Anderson Clarke ( diperankan oleh Treat Williams) membacakan CV-nya yang menyatakan bahwa Maya adalah lulusan Harvard University dengan predikat cum laude, serta sederet prestasi dan pencapaian yang sangat membanggakan di curriculum vitae tersebut!
Untungnya Maya bisa menguasai keterkejutannya akan dari mana tiba-tiba CV itu berasal, siapa yang mengarang dan mengirimkan dengan tanpa menimbulkan kecurigaan pemilik perusahaan. Ia menghadapi dilema berat, antara menerima tawaran pekerjaan sebagai konsultan eksekutif itu dengan tetap berbohong atas CV palsu-nya tersebut atau bertahan disepelekan, diperlakukan tidak adil di tempat kerjanya saat ini dan mengakui kebohongannya.
Dari sinilah kehidupan Maya berubah. Dia menerima tawaran pekerjaan sebagai Konsultan Divisi Pengembangan Produk di Franklin & Clarke. Ia mendapatkan fasilitas mewah dan otomatis menaikkan status sosialnya.
Pada saat itu juga ia harus berhadapan dengan hal-hal menegangkan sekaligus kocak saat Maya, yang karena di CV-nya disebutkan ia fasih berbahasa Mandarin, Maya diminta menemui investor dari Tiongkok yang hanya bisa berbahasa Mandarin. Juga peristiwa mengharukan, disaat ia harus berhadapan dengan Zoe (Vanessa Hudgens) eksekutif perusahaan yang juga putri dari sang pemilik perusahaan, yang ternyata dikemudian hari diketahui bahwa Zoe adalah anak kandungnya yang diadopsi saat Zoe masih bayi oleh keluarga boss-nya ini. Ada juga rekan kerja yang curiga dan meragukan kapasitas Maya yang disebut sebagai salah satu lulusan terbaik Harvard.
Beban Maya bertambah
ketika ia dan timnya harus berinovasi dalam menyiapkan produk baru. Hal ini
sangat penting, karena reputasi Maya dipertaruhkan.
Kisah di film ini sangat menarik, yang sebenarnya sering kita temui di lingkungan kerja, dimana kecerdasan seseorang hanya dinilai dari secarik kertas bernama ijazah dibanding keterampilan dan pengalaman kerja dari seseorang.
Alur ceritanya cukup bagus, lebih kepada kritik sosial terutama bagi para
atasan di perusahaan untuk menghargai loyalitas dan dedikasi tinggi pekerjanya, tanpa harus selalu
mempermasalahkan gelar pendidikannya dan lulusan dari kampus mana.
Semua
pesan di atas disampaikan dengan sangat manis, ringan dan mudah dipahami karena dibalut
komedi persahabatan, percintaan dan drama keluarga.
Lalu, bagaimana
kelanjutan kisah Maya Vargas? Bisakah dia mempertahankan semua yang didapatkan
saat ini? Atau, ia harus rela kehilangan semuanya?
Bila penasaran, sama
seperti saya yang belum menonton dari awal, mari kita saksikan di film Second Act.


No comments:
Post a Comment